Danau Weekuri
Setelah perjalanan panjang sekitar 2 jam dari Pantai Bwanna,
kami tiba di Danau Weekuri. Sejak awal, kami berencana untuk berenang di sini.
Sudah nyiapin kasur pelampung dan pompanya buat seru-seruan. Cuma karena aku
nggak terlalu mahir berenang, agak was2-was juga kalau danaunya dalam. Setelah
berganti baju dan memompa pelampung, kami menuju danau. Suasananya asri sekali.
Air yang jernih berwarna gradasi biru dikelilingi pepohonan hijau yang rindang.
Dipinggir tempat kami turun ada karang yang cukup tajam. Jadi saat melepas alas
kaki harus hati-hati agar kaki tidak terluka. Sudah ada wisatawan lokal di sana
yang sedang berenang dan ada juga yang lagi duduk bersantai di pinggir danau
sambil menyantap makan siang.
Keindahan Danau Weekuri |
Kalau ngeliat orang-orang sih kelihatan nggak dalam ya, pas
coba nyebur ke airnya ternyata memang nggak dalam, hanya sepinggang sampai
sedada orang dewasa. Katanya beruntung saat itu air lagi pas banget, nggak
terlalu pasang dan nggak terlalu surut juga. Karena kalau lagi surut airnya
terlalu dangkal nggak bisa buat berenang. Oh iya, kenapa danau ini ada pasang
surutnya karena posisinya yang tepat berada di pinggir pantai, hanya dipagari
oleh batu karang saja. Kalau lagi ombak besar, keliatan airnya merembes dari
sela-sela karang.
Dibalik karang ini merupakan laut lepas |
Jernih bangettttt. |
Sleeping on the water. :-p |
Say Hi..!!! |
Bersama anak-anak nakal tapi baik hati. :-) |
Cukup lama kami disini, sekitar 2 jam. Setelah ganti baju,
kami menikmati air kelapa yang dijual di lokasi. Seger banget dan isinya juga
masih muda dan lembut. Awalnya mau sekalian makan siang disini, cuma karena
langsung nyebur ke danau jadi lupa. Jadinya kami berencana makan di Pantai
Mandorak yang menjadi tujuan kami selanjutnya yang jaraknya cukup dekat,
sekitar 1-2 km saja.
Tiba di pantai Mandorak, kami di sambut oleh sejumlah pemuda
yang sedang main kartu di sebuah pondok. Raut mukanya tidak terlalu wellcome
dengan kedatangan kami. Kemudian seorang pemuda menghampiri dan meminta uang
masuk 50 ribu tampa embel-embel uang donasi atau mengisi buku tamu.
Pantai Mandorak |
Pantai Mandorak ini tergolong unik. Pantainya cukup kecil, hanya
sebesar halaman rumah. Ada batu karang yang melindungi pantai ini dari gempuran
ombak yang cukup besar. Sehingga pantai ini tampak seperti sebuah cekungan
alami untuk menjadikan pantai ini seperi pantai pribadi. Di dalam lokasi ini
juga ada sebuah bangunan resort beratap khas Sumba. Menurut keterangan Om Piet,
resort ini milik orang asing (lupa negara mana) yang sedang nggak ada di
tempat.
Ingin melihat pantai ini dari sudut berbeda, saya naik ke
atas karang-karang tersebut melalui sisi kanan pantai. Karangnya cukup tajam,
beberapa kali sendal yang aku pakai nyangkut seperti kecucuk duri. Sehingga
harus super hati-hati agar tidak tersandung. Jangan coba-coba jalan di karang
ini tanpa alas kaki. Kecuali kalau bisa debus ya. Hehe.
Karang yang cukup tajam |
Pemandangan dari sini juga nggak kalah indahnya. Aku bisa
ngeliat ombak-ombak besar datang menghantam batu karang yang menutupi pantai
Mandorak. Cukup menantang, karena air pecahan ombak bisa seperti air mancur
saking kencangnya. Harus hati-hati banget biar nggak kepleset kebawah.
one word, Beautiful!! |
Sembari aku foto-foto, temenku si Bunga memilih makan siang
di pinggir pantai. Saat mulai makan, tiba-tiba banyak anak kecil datang
nyamperin minta uang. Bahkan ada yang menyebut nominal 50 ribu. Alasannya buat
beli buku, buat beli pensil, dsb. Karena dari awal kami nggak mau ngasih uang
jadi si Bunga nolak secara halus. Tapi anak-anak tersebut terus meminta dan
nungguin sambil ngeliatin si Bunga makan. Karena risih, bunga nggak jadi makan
disitu. Langsung dibungkusin makanannya dan manggil aku yang lagi sibuk foto
untuk segera meninggalkan lokasi ini.
Sungguh disesalkan ya, padahal pengen lama-lama disini. Cuma
karena udah ada perasaan nggak nyaman, terpaksa harus meninggalkan tempat ini
lebih cepat. Saat itu masih jam 5 dan kami langsung kembali ke kota Waitabula
dan makan siang di dalam mobil. No matter what, Mandorak is still awesome
place. Semoga lokasi ini bisa berbenah dan membuat wisatawan nyaman. Pantai
yang cukup potensial untuk dikembangkan. :-)
Karena masih sore, kami berencana mencari lokasi lain yang bisa
dikunjungi terutama yang bisa melihat sunset. Akhirnya pilihan jauh pada Pantai
Waikelo yang hanya 10 menit dari Kota Waitabula. Di pantai ini terdapat
pelabuhan waikelo yang sore itu tampak beberapa kapal sedang bersandar.
Pelabuhan Waikelo |
Sepanjang
menuju lokasi banyak pemukiman penduduk. Kami berhenti di area parkir pelabuhan
dan duduk di pinggir untuk melihat pantai dan aktivitas warga sekitar dari
atas. Sore itu banyak sekali anak-anak lagi bermain di pantai. Sedangkan
ibu-ibunya sedang sibuk mencuci baju. Pantainya cukup landai dan pasirnya
putih. Banyak perahu nelayan sedang bersandar. Aku mencoba mengabadikan
aktivitas warga disini. Walaupun pemandangannya nggak terlalu wow, tapi melihat
kegiatan warga di pinggir pantai menjadi pengalaman yang mengasyikkan juga.
Anak-anak warga sekitar sedang bermain di pantai |
Saat di pantai, aku dan bunga ngobrol tentang perjalanan
kita besok yang harus pindah tempat. Rencananya kita akan menempuh perjalanan
ke Sumba Barat sampai Sumba Timur. Om Piet masih belum memberikan kepastian
kesanggupannya untuk mengantar kami ke rute selanjutnya. Beliau banyak tidak
tahu lokasi yang kami tuju. Aku mencoba menelpon Bang Jonny (driver yang ketemu
di bandara tambolaka) menanyakan kesediaannya dan berapa harga yang ditawarkan.
Karena lokasinya jauh, kami deal dengan harga 800ribu perhari. Kecuali hari
terakhir yang cuma setengah hari jadi 500 ribu saja.
Sunset disini tidak terlalu jelas karena matahari tertutup
bukit. Tapi semburat warna oranye di langit cukup membuat suasana di pantai
menjadi lebih syahdu.
Sunset di waikelo |
Setelah matahari menghilang dari balik bukit, kami menuju ke
Resto Gula Garam lagi untuk makan malam. Kemudian balik ke hotel dan nggak lupa
foto sama Om Piet karena besok kami sudah berganti driver. Sebelum Istirahat,
kami beres-beres barang karena besok harus check out dari Sinar Tambolaka. Long
journey will start tomorrow. Can’t Wait.
0 komentar:
Posting Komentar