Good Morning. Cukup nyenyak tidur malam ini, mungkin efek kecapekan juga kemarinnya ya. Hari ini rencana berangkat jam 7 pagi karena lokasi yang ingin dikunjungi cukup jauh, yaitu Pantai Watu Maladong dan Pantai Bwanna. Jaraknya sekitar 80 km. Sebelum berangkat kami sarapan dulu di hotel. Makanannya simpel tidak banyak variasi. Ada nasi goreng, ayam goreng, tempe dan kerupuk. Ada juga roti selai untuk yang nggak suka sarapan nasi. Makanannya boleh biasa, tapi pemandangan lembah kehijauan di sebelah kami, menambah kelezatannya jadi berlipat-lipat. Hehe..
Breakfast dulu biar kuat di jalan |
Kami ngaret berangkat sampai jam
8, karena nungguin pesanan nasi kotak di hotel untuk bekal makan siang nanti.
Memang dari info yang kami dapat, nggak ada tempat makan sepanjang perjalanan
nanti. Jadi solusinya dengan membawa bekal makan siang, minuman, dan
makanan ringan yang bisa dibeli di seputaran kota Waitabula. Mungkin disarankan
untuk pesan nasi kotak dari semalam supaya paginya sebelum berangkat sudah
ready.
Pantai Watu Maladong
Sayang sekali Om Piet tidak
begitu hafal jalan ke Watu Maladong. Dia pernah sekali kesana dan itu sudah bertahun-tahun
yang lalu. Tapi dia meyakinkan kami kalau semalam sudah banyak tanya sama
teman-temannya yang sering kesana. Ya, kalau tersesat nanti tinggal tanya aja.
Sepanjang perjalanan, kami
menemukan banyak kebun jambu mede. Memang pulau Sumba ini terkenal sebagai
penghasil kacang mede. Bahkan sudah banyak yang diekspor ke luar negeri yang umumnya masih bahan mentah. Coba kalau bisa diolah dulu baru diekspor ya. Karena
di luar negeri kacang mede olahan harganya cukup tinggi. Salah satu potensi
menjanjikan dari pulau Sumba.
kondisi jalan menuju lokasi |
Kami juga sempat melihat prosesi
pemindahan rumah oleh warga setempat. Karena penasaran, kami turun dari mobil
untuk melihat lebih dekat. Suasananya rame sekali. Kaum pria sekitar 20an orang sudah siap sedia
dengan balok panjang untuk memindahkan rumah kayu ke lokasi dudukan pondasi
yang baru. Sedangkan kaum wanitanya duduk
di halaman rumah sambil bersorak ria memberikan semangat. Meriah
sekali. Seneng banget bisa ngeliat suasana gotong royong seperti ini. Hal yang
mungkin sudah jarang dilakukan bagi kaum urban ibukota.
Pindahin rumah, bukan pindah rumah. :-) |
Perjalanan kami lanjutkan. Kini
jalannya sudah berganti dari aspal menjadi tanah berbatu. Terpaksa kecepatan
kami kurangi. Tidak ada rambu penunjuk jalan dimana lokasi Pantai Watu
Maladong. Sempat ketemu jalan buntu, akhirnya Om Piet memutuskan untuk bertanya
warga setempat. Setelah dua kali bertanya, akhirnya kami tiba juga di pantai
Watu Maladong. Yuhuuuuuu.....
Sebelum masuk lokasi. Bener gak ini Pantai Watu Maladong? |
Begitu sampai langsung buru-buru
turun karena terkesima dengan keindahan pantainya. Ada papan peringatan kalau
berhati-hati saat air pasang, karena ombak disini cukup besar. Dan saat itu,
laut memang sedang pasang. Jadinya kami tidak bisa menuju batu – batu karst
yang menjadi khas pantai ini. Walau begitu, tidak mengurangi keindahan pantai
ini. Diapit dengan dua bukit karst, latar pepohonan hijau yang lebat, ombak
yang cukup besar dan lingkungan yang sepi bikin kami tak henti-hentinya
mengabadikan lansekap ini. Cuaca saat itu sangat cerah, cukup menyengat
kulit.
Cerah sekali, nggak ada awan yang lewat. :-) |
Batu yang berdiri kokoh di lepas pantai |
Jangan lupa foto-foto ya. :-D |
Setelah puas berfoto kami memilih ngadem di sebuah batu raksasa yang tertutup
matahari saembari menikmati pantai yang cantik ini. Menurut cerita warga, ternyata
lokasi disini cukup keramat. :-O. Dimana mereka percaya lokasi ini ada
penunggunya. Ada beberapa pantangan saat berada disini, salah satunya dilarang
untuk naik ke atas batu. Menurut cerita, pernah ada wisatawan jepang yang
nekat naik kemudian terjatuh hingga meninggal. Ntah benar atau nggak ceritanya,
setidaknya kita menghormati norma dan kepercayaan setempat.
Ngadem di balik batu raksasa ini. |
Saat kami ingin kembali ke mobil,
aku ngeliat ada jalan menuju sisi lain dari pantai ini, penasaran akhirnya coba
menelusuri jalan tersebut. Voilaa.. ternyata ada keindahan berbeda dari pantai
sebelahnya. Ada beberapa batu karst dan hamparan pasir pantai diseberang.
Karena lagi pasang, kami gak bisa kesana karena ada arus air yang cukup kencang
walaupun airnya ga terlalu dalam. Demi keselamatan, jadi cuma foto-foto saja
sambil duduk di bebatuan di pinggir pantai tersebut.
Sisi lain dari Watu Maladong. Karena lagi pasang,kami tidak bisa mendekat ke batu-batu tersebut |
Sebelum meninggalkan lokasi kami
sudah ditungguin oleh pemuda lokal untuk mengisi buku tamu dan memberi donasi
seikhlasnya. Kami juga sempat menanyakan jalan menuju ke pantai bawanna yang
katanya tidak terlalu jauh dari watu maladong. Oke, kita berangkat.
0 komentar:
Posting Komentar