Sabtu, 08 Oktober 2016

Trip to Sumba (Day 2) : Pantai Watu Maladong




Good Morning. Cukup nyenyak tidur malam ini, mungkin efek kecapekan juga kemarinnya ya. Hari ini rencana berangkat jam 7 pagi karena lokasi yang ingin dikunjungi cukup jauh, yaitu Pantai Watu Maladong dan Pantai Bwanna. Jaraknya sekitar 80 km. Sebelum berangkat kami sarapan dulu di hotel. Makanannya simpel tidak banyak variasi. Ada nasi goreng, ayam goreng, tempe dan kerupuk. Ada juga roti selai untuk yang nggak suka sarapan nasi. Makanannya boleh biasa, tapi pemandangan lembah kehijauan di sebelah kami, menambah kelezatannya jadi berlipat-lipat. Hehe..
Breakfast dulu biar kuat di jalan
Kami ngaret berangkat sampai jam 8, karena nungguin pesanan nasi kotak di hotel untuk bekal makan siang nanti. Memang dari info yang kami dapat, nggak ada tempat makan sepanjang perjalanan nanti. Jadi solusinya dengan membawa bekal makan siang, minuman, dan makanan ringan yang bisa dibeli di seputaran kota Waitabula. Mungkin disarankan untuk pesan nasi kotak dari semalam supaya paginya sebelum berangkat sudah ready.

Pantai Watu Maladong

Sayang sekali Om Piet tidak begitu hafal jalan ke Watu Maladong. Dia pernah sekali kesana dan itu sudah bertahun-tahun yang lalu. Tapi dia meyakinkan kami kalau semalam sudah banyak tanya sama teman-temannya yang sering kesana. Ya, kalau tersesat nanti tinggal tanya aja.
Sepanjang perjalanan, kami menemukan banyak kebun jambu mede. Memang pulau Sumba ini terkenal sebagai penghasil kacang mede. Bahkan sudah banyak yang diekspor ke luar negeri yang umumnya masih bahan mentah. Coba kalau bisa diolah dulu baru diekspor ya. Karena di luar negeri kacang mede olahan harganya cukup tinggi. Salah satu potensi menjanjikan dari pulau Sumba.
kondisi jalan menuju lokasi
Kami juga sempat melihat prosesi pemindahan rumah oleh warga setempat. Karena penasaran, kami turun dari mobil untuk melihat lebih dekat. Suasananya rame sekali. Kaum pria sekitar 20an orang sudah siap sedia dengan balok panjang untuk memindahkan rumah kayu ke lokasi dudukan pondasi yang baru. Sedangkan kaum wanitanya duduk di halaman rumah sambil bersorak ria memberikan semangat. Meriah sekali. Seneng banget bisa ngeliat suasana gotong royong seperti ini. Hal yang mungkin sudah jarang dilakukan bagi kaum urban ibukota.
Pindahin rumah, bukan pindah rumah. :-)
Perjalanan kami lanjutkan. Kini jalannya sudah berganti dari aspal menjadi tanah berbatu. Terpaksa kecepatan kami kurangi. Tidak ada rambu penunjuk jalan dimana lokasi Pantai Watu Maladong. Sempat ketemu jalan buntu, akhirnya Om Piet memutuskan untuk bertanya warga setempat. Setelah dua kali bertanya, akhirnya kami tiba juga di pantai Watu Maladong. Yuhuuuuuu.....
Sebelum masuk lokasi. Bener gak ini Pantai Watu Maladong?
Begitu sampai langsung buru-buru turun karena terkesima dengan keindahan pantainya. Ada papan peringatan kalau berhati-hati saat air pasang, karena ombak disini cukup besar. Dan saat itu, laut memang sedang pasang. Jadinya kami tidak bisa menuju batu – batu karst yang menjadi khas pantai ini. Walau begitu, tidak mengurangi keindahan pantai ini. Diapit dengan dua bukit karst, latar pepohonan hijau yang lebat, ombak yang cukup besar dan lingkungan yang sepi bikin kami tak henti-hentinya mengabadikan lansekap ini. Cuaca saat itu sangat cerah, cukup menyengat kulit.
Cerah sekali, nggak ada awan yang lewat. :-)
Batu yang berdiri kokoh di lepas pantai
Jangan lupa foto-foto ya. :-D
Setelah puas berfoto kami memilih ngadem di sebuah batu raksasa yang tertutup matahari saembari menikmati pantai yang cantik ini. Menurut cerita warga, ternyata lokasi disini cukup keramat. :-O. Dimana mereka percaya lokasi ini ada penunggunya. Ada beberapa pantangan saat berada disini, salah satunya dilarang untuk naik ke atas batu. Menurut cerita, pernah ada wisatawan jepang yang nekat naik kemudian terjatuh hingga meninggal. Ntah benar atau nggak ceritanya, setidaknya kita menghormati norma dan kepercayaan setempat.
Ngadem di balik batu raksasa ini.
Saat kami ingin kembali ke mobil, aku ngeliat ada jalan menuju sisi lain dari pantai ini, penasaran akhirnya coba menelusuri jalan tersebut. Voilaa.. ternyata ada keindahan berbeda dari pantai sebelahnya. Ada beberapa batu karst dan hamparan pasir pantai diseberang. Karena lagi pasang, kami gak bisa kesana karena ada arus air yang cukup kencang walaupun airnya ga terlalu dalam. Demi keselamatan, jadi cuma foto-foto saja sambil duduk di bebatuan di pinggir pantai tersebut.
Sisi lain dari Watu Maladong. Karena lagi pasang,kami tidak bisa mendekat ke batu-batu tersebut
Sebelum meninggalkan lokasi kami sudah ditungguin oleh pemuda lokal untuk mengisi buku tamu dan memberi donasi seikhlasnya. Kami juga sempat menanyakan jalan menuju ke pantai bawanna yang katanya tidak terlalu jauh dari watu maladong. Oke, kita berangkat.

0 komentar:

Posting Komentar