Travel Diary Every Journey has a story to share

Minggu, 13 Agustus 2017

Sejuknya alam Simarjarunjung, Air Terjun Sipiso-piso, dan Berastagi


Selamat pagi. Alhamdulillah hujan sudah berhenti karena malamnya Parapat terus diguyur hujan. Suhu pagi itu sangat sejuk. Kami sarapan di hotel. Menunya sederhana yakni nasi goreng telur dan teh hangat. Lokasi tempat makan tepat berada di pinggir danau, jadi cukup indah sarapan pagi itu. J
Ruang makan Star Beach Hotel
Makan bersama keluarga
Narsis dulu di pinggir danau
Jam 9 kami check out. Perjalanan dilanjutkan ke arah Berastagi. Kami menyusuri jalanan sepanjang pinggir Danau Toba di ketinggian. Sehingga pemandangan Danau begitu indah kami lihat dari dalam mobil. Banyak sekali warung yang berdiri di sepanjang pinggir jalan yang menawarkan pemandangan yang indah. Kami memilih sebuah warung di daerah Tanjung Unta untuk melihat keindahan Danau Toba dengan segelas kopi. Pemandangan dari sini sungguh indah.
Dinamakan Tanjung Unta karena mirip unta tidur.
Ngopi dulu. Mantap
Budidaya ikan. Katanya milik WN Swiss.
Tujuan kami hari ini yang pertama sebenarnya adalah Bukit Indah Simarjarunjung. Di lokasi ini sedang dikembangkan sebagai destinasi wisata baru yang menawarkan berbagai fasilitas. Salah satunya yang sedang hits yaitu spot foto dari pohon pinus dengan latar belakang Danau Toba yang mempesona. Mirip seperti spot foto yang ada di Kalibiru.
Spot foto kekinian di Bukit Indah Simarjarunjung (BIS)
Family Portrait
Pengunjung semakin ramai, kami pergi meninggalkan lokasi dan melanjutkan perjalanan. Tiba di Kota Saribudolok kami berhenti untuk makan siang, jajan, dan sholat di mesjid setempat.
Kota Saribudolok yang dingin
Jalanan kota Saribudolok yang ramai
Tugu perjuangan
Masjid Raya Saribudolok
Makan sudah dan kewajiban selesai ditunaikan, kami bergerak menuju lokasi Air terjun sipiso-piso yang berada di Kab. Karo. Memasuki wilayah Karo, banyak sekali di kiri dan kanan jalan kebun buah dan sayur yang luas. Masyarakat Karo memang terkenal dengan hasil kebun yang melimpah. Tanahnya yang subur, lokasi wilayah yang sejuk, membuat daerah ini cocok dikembangkan sebagai daerah perkebunan. Saya sangat menikmati pemandangan kebun-kebun yang kadang saya baru tau kalau buah ini pohonnya seperti ini. J

Tiba di Air Terjun Sipiso piso, angin berhembus kencang. Udara semakin dingin. Pengunjung saat itu lumayan ramai. Air terjun tampak begitu indah. Sebenarnya kita bisa melihat air terjun lebih dekat. Namun karena harus menuruni ratusan anak tangga, saya memilih untuk menikmati dari atas saja.

Dari papan informasi, Air Terjun ini terbentuk dari peristiwa letusan supervulkano yang membentuk danau toba dan tebing-tebing di sekitar Air Terjun ini yang terjadi ribuan tahun silam. Dari lokasi ini juga kita bisa melihat Desa Tongging, yaitu sebuah desa yang berada tepat di pinggir Danau Toba.
Air Terjun Sipiso-piso
Kelihatan juga Desa Tongging dari sini
Dinginnya udara disini
Ngambil air buat basuh muka. :-D
Beli gorengan masih anget. Pas buat suhu dingin begini.
Perjalanan kami lanjutkan menuju Berastagi. Melewati Kota Kabanjahe, jalanan sedikit macet karena ada perbaikan jalan. Tiba di Berastagi, kami langsung menuju ke Bukit Gundaling untuk menikmati pemandangan sekitar Berastagi dan Gunung Sinabung. Saat itu sudah pukul 16.00. Cuaca juga agak mendung membuat suhu menjadi sangat dingin. Bernafas sampai keluar asap. Brrrrrrr...
Kota Berastagi
Gunung Sinabungnya ketutup awan
Family Portrait (again)
Suasana Bukit Gundaling
Ada banyak kuda yang bisa disewa
Pemandangan Kota Berastagi dari Gundaling
Dari Bukit Gundaling, kami kembali ke Kota Berastagi untuk mencari penginapan. Saat itu belum ada referensi untuk menginap dimana. Beberapa kali coba browsing sambil keliling kota untuk mencari hotel. Akhirnya pilihan jatuh ke Hotel Sibayak yang lokasinya di jalanan utama Berastagi. Cukup luas dan nyaman.
Tampak Depan Hotel Sibayak yang berasitektur Belanda
Kamar Hotel
Makan malam kami memilih di warung tenda pinggir jalan yang banyak berjejer sepanjang jalan utama. Suasana malam itu sangat ramai, banyak sekali kendaraan di jalan sampai menyebabkan macet yang cukup padat. Warung tenda juga banyak yang penuh, membuat kami harus sedikit berjalanan untuk mencari warung yang kosong.
Makan malam dulu
Setelah makan, kami kembali beristirahat. Suhu semakin dingin hingga 17°C. Pantas saja hotel tidak menyediakan AC. J
Sampai jumpa esok.



Selasa, 08 Agustus 2017

Manortor bersama Patung Sigale-gale di Pulau Samosir

Hari sudah mulai siang, kami melanjutkan perjalanan. Sempat singgah sebentar ke rumah saudara di Porsea untuk silaturahmi dan juga sholat zhuhur. Kemudian lanjut lagi sampai akhirnya kami tiba di Parapat, sebuah kota di pinggir Danau Toba pukul 15.00 dan makan siang. Rencananya sore itu kami mau menyeberang ke Pulau Samosir. Ternyata kapal yang kami datangi harus minimal terisi 40 orang baru jalan. Padahal saat itu hari kerja dan sudah sore dimana sangat sepi pengunjung. Akhirnya kami bertemu dengan rombongan kecil sekitar belasan orang yang mau diajak sharing cost menyewa kapal PP seharga 750rb. Jadilah kami hanya membayar 375rb saja. Mahal sedikit, tapi saat itu tidak ada pilihan yang lebih baik.
Melewati kawasan PT Inalum
Pemandangan Porsea 
Kota Parapat
Kapal penyeberangan
Wefie dulu
Tepi Danau Toba
Ada pantai juga di Danau Toba
Jejeran penginapan yang menjual view Danau Toba
Berlayar meninggalkan Daratan
Betapa luasnya Danau Toba
Sore itu sedikit berkabut. Angin yang berhembus begitu sejuk. Keindahan Danau Toba memang luar biasa. Danau yang begitu luas, dikelilingi perbukitan yang hijau. Perjalanan di kapal begitu kami nikmati. Nakhoda membawa kami berhenti sejenak saat di lokasi Batu Gantung yaitu sebuah batu yang menempel di tebing pinggir Danau Toba. Konon batu tersebut merupakan jelmaan dari seorang gadis yang melompat ke Danau Toba karena tidak mau dijodohkan oleh orang tuanya. Antara kisah cinta atau horor nih. J
Lokasi Batu Gantung
Batu Gantung tampak lebih dekat
Sekitar 45 menit, kami tiba di Pelabuhan Tomok. Sepanjang jalan di Tomok cukup ramai dipadati oleh penjaja souvenir, warung makan, dan hotel. Karena waktu sudah pukul 17.00 dan awak kapal meminta kami untuk kembali ke kapal pukul 18.00 agar tidak kemalaman, jadilah satu jam hanya berkeliling di sekitar Desa Tomok saja.
Pulau Samosir
Pelabuhan Tomok
Jalan menuju objek wisata
Ramainya penjual souvenir
Pertama - tama kami berkunjung ke lokasi pertunjukan Patung Sigale-gale. Patung Sigale-gale merupakan patung yang dibuat untuk menghibur Raja yang anaknya meninggal di medan perang. Awalnya Patung ini mampu bergerak sendiri, tapi sekarang ada semacam dalang yang menggerakkannya dari belakang. Selain melihat pertunjukkan Patung Sigale-gale, kita juga bisa menari tor-tor bersama diiringi lagu-lagu batak. Cukup seru. J
Patung Sigale-gale
Manortor dulu
Panjaitan 3 generasi
Tidak jauh dari situ ada Makam Raja Sidabutar dan Museum Batak untuk mengenal lebih dekat tentang budaya batak toba yang mendiami wilayah sekitar Samosir. Tak lama disana, kami langsung kembali ke kapal karena sudah hampir jam 6. Langit semakin diselimuti awan tebal. Begitu perjalanan pulang, hujan deras mengguyur wilayah Danau Toba.
Makam Raja Sidabutar
Museum Batak
Ukiran patung khas Batak
Ada boneka Sigael gale juga
Tiba di Parapat masih hujan deras. Kami bergegas masuk ke dalam mobil walaupun harus menerobos hujan hingga basah kuyub. Malam itu kami menginap di Star Beach Hotel yang lokasinya berada di pinggir Danau Toba. Setelah check in, mandi, sholat, dan berberes, kami makan malam di jalan utama Parapat dan kemudian kembali untuk beristirahat. See you tomorrow.
Awan gelap. Bergegas kembali ke kapal.
Hujan deras mengguyur Danau Toba