Saya tau tentang Pulau Semau dari media sosial. Pertama kali liat langsung naksir dengan keindahan pulaunya. Keinginan untuk kesana semakin kuat saat tau kalau jarak Pulau Semau dari Kupang cukup dekat. Bisa dijelajah dalam 1 hari. Jadilah Pulau Semau salah satu wishlist untuk dikunjungi.
|
Secara Administratif, Pulau Semau termasuk dalam wilayah Kab. Kupang |
Juli kemarin merupakan jatah cuti
saya. Setelah menghabiskan waktu di rumah selama
12 hari, saya sisakan satu hari cuti di Kupang sebelum bertolak ke Atambua.
Berangkat dari Bandara Lhokseumawe jam 11.10 dan tiba di Bandara El Tari Kupang
esok harinya jam 07.10. Walaupun lelah menempuh perjalanan jauh, saya langsung
naik ojek ke Pelabuhan Tenau untuk menyeberang ke Pulau Semau. Tidak lupa terlebih
dahulu beli Nasi Padang untuk bekal. Karena katanya sulit
mencari warung makan, apalagi warung makan halal disana.
Tiba di Pelabuhan, saya menuju tempat menunggu kapal ke Semau yang berada di sisi kanan pelabuhan. Saat itu suasananya cukup sepi. Mungkin karena hari kerja. Untuk sistem berangkat kapalnya seperti angkot. Dimana jika sudah terisi penuh baru kapal jalan. Sekitar pukul 9.30, barulah kapal penuh dan berangkat. Perjalanan memakan waktu sekitar 30 menit.
|
Kapal - kapal untuk menyeberang ke Pulau Semau |
|
Motor pun diangkut dengan menggunakan kapal ini |
Kapal tiba di Hansisi, sebuah daratan yang bisa digunakan untuk kapal bersandar. Karena tidak membawa kendaraan, saya menyewa sepeda motor yang cukup mudah ditemui sekitar pelabuhan. Untuk itenerary sendiri saya tidak mempersiapkan dengan baik. Hanya membaca dari beberapa blog dan informasi dari Google Map. Tujuan pertama yaitu Bukit Liman yang merupakan spot wisata terbaik di pulau ini. Jaraknya sekitar 30 km.
|
Pelabuhan Hansisi |
|
Saat surut, pelabuhan ini kering sampai dasar |
Penunjuk arah bergantung pada Google Map. Karena sinyal hape tidak menjangkau keseluruhan pulau, saya
mengaktifkan gps sejak dari awal. Jalanan ke pulau ini sangat beraneka ragam.
Ada aspal bagus, aspal bergelombang, batuan besar, sirtu, pasir, beton, dll.
Cukup menguji kesabaran dan kekuatan fisik. But overall jalanannya masih cukup
lumayan lah.
|
Kondisi jalan saat beraspal
|
Rencananya saya menuju Liman dengan berkendara menyusuri pinggir pantai. Berhubung minim penunujuk arah, saya tersesat dan melewati hutan-hutan yang cukup sepi dan angker. Tersadar saat perjalanan sudah cukup jauh. Untungnya jalanan yang saya pilih masih bisa menuju Bukit Liman, akhirnya terus lanjut walaupun diliputi rasa takut kalau terjadi kerusakan pada motor atau hal2 yang tak diinginkan lainnya.
|
Tersesat, jalanan sepi sekali. |
|
Gak ada penunjuk arah. Be harus lewat mana kk? |
Setelah hampir 2 jam perjalanan,
saya tiba di sebuah pantai sebelum Bukit Liman. Karena bagus banget saya
berhenti sejenak untuk bersantai dan mengabadikan keindahan alam sekitar.
Diketahui pantai tersebut bernama Uitiuhtuan. Pantainya bersih sekali, halus,
dan cukup landai. Di pinggirnya dihiasi jejeran pohon kelapa. Saya berjalan
menyusuri pantai ini sambil ngeliat kawanan burung yang terbang dan ngumpul di atas pasir. Sangat sepi dan tenang sekali. No one here only me. :-D. Berikut keindahan Pantai Uitiuhtuan yang saya abadikan dalam foto.
|
Pantai Uitiuhtuan |
|
Sepi sekali |
|
Pantainya putih bersih
|
|
Kawanan burung |
Di dekat pantai ini juga ada kumpulan kerang besar yang disusun berjejer untuk membuat garam. Air laut yang diisi
kedalam kerang kemudian dijemur sampai kering dan meninggalkan butiran2 garam. Cukup menarik melihat langsung proses pembuatan garam secara tradisional seperti ini. Sayangnya pemiliknya sedang tidak ditempat, jadi saya tidak bisa bertanya lebih lanjut.
|
Pembuatan garam tradisional |
|
Kristal-kristal garam
|
Setelah puas saya melanjutkan
perjalanan. Kurang lebih 50 meter ketemu pantai yang indah lagi, namanya Pantai
Liman yang merupakan pantai di sebelah Bukit Liman. Dari pantai ini sudah
tampak Bukit Liman yang membuat pantai ini menjadi lebih cantik. Pasirnya tidak
kalah bersih dan halus dari Uitiuhtuan. Pantainya juga landai, pas untuk
bermain air disini.
|
Memasuki Pantai Liman |
|
Pasir berwarna krem yang bersih |
|
Tampak Bukit Liman dari pantai |
|
Ada yang tau ini buah apa? |
Dari Pantai Liman menuju Bukit
Liman, jalanannya berpasir. Harus extra hati-hati menjaga kestabilan dalam
berkendara motor. Kurang lebih 100 meter saya tiba di Bukit Liman. Ada pondok
dimana seorang Mama menjual air kelapa. Saya izin menitipkan motor untuk lanjut
naik ke atas bukit untuk melihat pemandangan dari atas. Dulunya motor bisa naik
ke atas bukit, Cuma karena ada kejadian orang jatuh dengan motornya dari atas
bukit hingga meninggal, masyarakat sekitar melarang naik ke atas bukit demi
keselamatan.
Bukit Liman tidak terlalu tinggi, masih kuat lah nafas saya untuk mendakinya. Dari puncak bukit pemandangannya sangat luar biasa. Di kanan dan kiri terhampar pantai yang indah dan laut yang biru bergradasi. Dari puncak juga kelihatan pulau kecil yang cukup dekat dari Bukit Liman bernama Pulau Tabui. Oh iya, karena solo traveling saya hanya mengabadikan pemandangan alamnya saja dan sekali-sekali selfie. Tiba-tiba datang dua orang anak menghampiri. Awalnya mereka nanya kok sendiri saja kesini dan berlanjut hingga kami mengobrol tentang banyak hal tentang Bukit Liman. Saya minta tolong mereka buat motoin dan mereka dengan senang hati membantu. Setelah itu saya kasih tips 10 ribu buat mereka berdua.
|
Trekking sedikit menuju atas Bukit Liman |
|
View sisi kanan |
|
View depan, tampak Pulau Tabui yang tak berpenghuni |
|
View sisi kiri |
|
Foto dulu biar sah pernah kesini :-P |
Setelah puas dan lelah sampai berkeringat, kami turun dan bersantai di pondok Mama tadi menikmati
air kelapa dan menyantap nasi padang yang saya beli di Kupang. Nikmat tiada tara. :-D
|
Mama malu saya foto |
|
Anak-anak yang ramah :-) |
Kurang lebih sejam bersantai,
saya lanjut ke destinasi selanjutnya sekalian arah pulang dengan memilih jalan
yang menyusuri pantai. Saat itu sudah pukul 13.00. Saya ditunjukkan arah jalan
oleh kedua anak tadi agar tidak tersesat. Pantai yang saya temui selanjutnya
bernama Pantai Uih Make. Dari pinggir jalan pantai ini samar-samar terlihat
karena tertutup rerimbunan pohon. Saya parkir motor di pinggir jalan kemudian
menuruni tebing untuk bisa sampai ke pantainya. Lagi-lagi saya takjub dengan
kebersihan pantainya yang dikelilingi batu karang. Tidak terlalu luas
membuatnya bak pantai pribadi.
|
Pantai Uih Make |
|
Menuruni batu-batuan ini untuk menuju pantai |
|
Fallin in love with Uih Make |
|
Its like private beach |
|
Sempatkan selfie :-p |
Puas menikmati dan mengabadikan
keindahan Pantai Uih Make, saya meneruskan perjalanan dan tidak lama berselang
ketemu lagi pantai bernama Onanbalu yang cukup luas. Karakteristik pantai ini
yaitu banyaknya penduduk yang membudidayakan rumput laut. Saat itu saya
menyaksikan langsung saat masyarakat sedang memanen rumput laut kemudian
mengeringkannya. Hal yang menarik untuk diketahui.
|
Keindahan Pantai Onanbalu |
|
Memanen rumput laut |
|
Rumput laut yang sudah dipanen dibawa ke pinggir |
|
Kemudian diangkut untuk dijemur |
|
Rumput laut yang siap dipasarkan
|
|
Enak buat dibikin es rumput laut.
|
Jalanan mulai berpasir lagi, saya harus extra hati-hati menyeimbangkan motor agar tidak terjatuh. Tujuan selanjutnya ke Pantai Otan. Sepanjang perjalanan saya menyusuri bibir pantai yang ombaknya sangat besar dan rentan akan abrasi. Kemudian di sisi jalan berjejer pohon lontar yang cukup tinggi. Ada juga padang savana yang luas dimana sapi dan kambing sedang merumput. Karena saat itu lagi musim kering, nuansa alamnya berwarna kuning kecoklatan. Sekilas mirip bentang alam di Afrika.
|
Jalanan dipenuhi pohon lontar yang cukup tinggi |
|
Motor yang saya gunakan. Syukur gak mogok. :-) |
|
Sapi dan kambing sedang merumput |
|
Seperti bersafari di Afrika |
|
Sepanjang pantai menuju Pantai Otan, ombaknya cukup besar |
Tiba di Pantai Otan, saya tidak terlalu
excited seperti pantai sebelumnya. Pantainya bersih, halus, dan cukup indah.
Cuma karena sebelum ini pantainya luar biasa indah, pantai ini jadi terlihat
biasa. Banyak perahu-perahu nelayan disini karena lokasinya yang dekat dengan pemukiman penduduk.
|
Pantai pasir putih yang tenang |
|
Not bad. Its still beautiful |
|
Banyak nelayan yang melaut dari Pantai Otan |
Jam sudah menunjukkan pukul 15.30, saya berkendara kembali menuju Hansisi. Karena masih ada banyak waktu saya singgah ke kebun bawang milik warga untuk melihat proses menanam dan perawatannya. Bawang memang banyak ditanam oleh warga sekitar yang nantinya dijual di Kota Kupang. Kemudian saya juga singgah di Kolam bernama Oisimu dan lokasi semburan lumpur.
|
Jalan pulang menuju Hansisi |
|
Kebun Bawang |
|
Tanaman bawang harus sering disiram, apalagi sedang musim kering |
|
Singgah di tempat semburan lumpur yang masih aktif. |
|
Kolam Oisimu yang dekat dengan Pantai Otan |
Tiba di hansisi pukul 16.15. Tidak menunggu lama kapal sudah terisi penuh dan langsung berangkat kembali menuju Kupang. Tiba di Kupang saya singgah di Pantai Teddy’s menikmati jagung dan pisang bakar. Baru setelah itu check in hotel dan beristirahat. Luar biasa capek tapi senang. J
|
Balik ke Kupang. See you Pulau Semau |
Lokasi wisata yang patut
dikunjungi di Semau
- Pantai dan Bukit Liman
- Pantai Uitiuhtuan
- Pantai Uih Make
- Pantai Onanbalu
- Pantai Otan
Rincian Biaya (diluar makan dan minum)
- Ojek Bandara El Tari – Pelabuhan Tenau : Rp 60.000,-
- Naik kapal penyeberangan ke Semau Rp20.000,- PP
: Rp 40.000,-
- Sewa Motor di Semau : Rp 100.000,-
- Isi Bensin 1 liter : Rp 10.000,-
- Ojek dari Tenau ke Kota Kupang : Rp 40.000,-