Travel Diary Every Journey has a story to share

Jumat, 01 September 2017

Air Terjun Oefoko, oase di tengah alam Oecusse yang gersang




Hari ini proyek libur karena bertepatan dengan hari raya Idul Adha. Pagi jam 7 kami melaksanakan shalat Ied bersama dan dilanjutkan dengan pemotongan hewan kurban. Untuk acara yang kedua saya tidak begitu tertarik karena gak kuat harus ngeliat hewan disembelih. Berhubung hari itu bingung mau kemana, akhirnya tercetus untuk wisata air terjun di wilayah Oecusse. What? Air terjun? Agak pesimis kalau di musim kering gersang begini masih ada air mengalir. Sungai dan bendungan saja airnya kering sampai dasar. Tapi karena diyakinkan pasti ada airnya ,akhirnya tetap berangkat juga.
Baru selesai Sholat Eid
Dengan mengendarai mobil dan dua buah motor (total yang berangkat 12 orang) kami pergi menuju lokasi. Sebelumnya beli jajan dan snack dulu di Toko Fernando (semacam mini market terhits se-Oecusse). Lokasi air terjun berada di daerah Padiae yang melintasi jalan menuju daerah Tono. Saat ketemu gereja Padiae kemudian belok kiri dan jalan beraspal berubah menjadi berbatu. Total perjalanan sekitar 20 menit saja sampai kami tiba di rumah penduduk untuk parkir kendaraan. Disana kami ketemu Dino, warga lokal yang bekerja di Proyek Bandara Oecusse. Dia yang akan menjadi guide untuk mengantarkan kami ke lokasi air terjun. Untuk menuju kesana kami diminta membayar $25 kepada ketua RT setempat.
Alam Oecusse yang kering di musim kemarau
Tiba di lokasi parkir. Bem-Vindo
Istirahat sejenak sebelum trekking
Naran Saida? - Siapa namanya? :-D
My Trip My Adventure Oecusse ready to go
Waktu itu sudah pukul 11 siang. Kami berjalan kaki menuju lokasi air terjun. Jalanan cukup menantang dengan melintasi jalanan sempit, berbatu, dan kadang menanjak. Ditambah matahari juga begitu menyengat saat itu. Bener-bener sangat menguras tenaga. Jalur yang kami lintasi ini sebenarnya merupakan aliran sungai. Cuma berhubung lagi musim kering dimana hujan sama sekali tidak turun selama berbulan-bulan, jadi hanya berupa bebatuan saja. Di perjalanan kami juga menemukan semacam embung untuk menahan air, walaupun air sama sekali tidak ada.
Trekking dimulai
Matahari terik sekali
Tetap semangat
Istirahat sejenak
mulai menelusuri aliran sungai yang kering
Masih banyak tenaganya, jadi bentar2 foto. :-P
Fisik memang harus prima kalau kesini
Embung Oefoko untuk mengatur air saat hujan
Dibangun tahun 1988 saat masih Propinsi Timor Timur
Setelah 20 menit berjalan, barulah suasana sedikit rindang dan mulai tampak aliran air. Horeee.. ternyata masih ada aliran air yang belum kering di Oecusse. Kami berjalan di atas aliran air tersebut dan kaki terasa sejuk sekali. Tapi jalanan menjadi lebih sulit karena selain aliran air juga banyak batu-batu besar. Jadi harus extra hati-hati agar tidak terpeleset.
mulai banyak pepohonan hijau
kebun sayur warga
Masih jauh, terus semangat
Foto bersama saat ketemu genangan air pertama kali
Pipa-pipa ini diganakan warga untuk mengaliri air sampai pemukiman
suasana mulai sejuk. Banyak pepohonan
Diapit tebing-tebing tinggi
Banyak bebatuan, hati-hati biar gak kepeleset
Jalur trekking mulai berair
Suasananya asri banget. Banyak kedengaran suara burung.
Ketemu air yang cukup dalam
Small nature jacuzzi
Terus jalan,dikit lagi sampai
Sumber air su dekat kawan. Yuhuuuu
Airnya segar. Cuci muka dulu biar hilang capek dikit
Total perjalanan sekitar 40 menit sampai akhirnya tiba di air terjun yang tingginya sekitar 10 meter. Airnya tidak begitu deras dan kolam dibawahnya juga relatif sempit. Tapi bagi kami yang tinggal di daerah kering ibarat ketemu oase di padang pasir. Udara sekitar sangat sejuk dan airnya juga dingin menyegarkan. Foto-foto sebentar, kami tidak tahan untuk nyebur. Paling dalam airnya sekitar dada orang dewasa. Keseruan selama di sana bisa diliat di foto-foto aja. Buat yang lagi di Oecusse dan bingung kemana, this place is totally worth it. Happy holiday. J
Mulai kelihatan air terjunnya
Akhirnya sampai juga kesini kakak. Yayyyy
What a happy face
Airnya cukup jernih. Gak sabar pengen nyebur
Air terjun terbaik se Oecusse raya
Airnya dingin banget
Ayo ikutan nyebur mbak
Pijit-pijit ala safety morning
Time to go back. Sampai jumpa di trip berikutnya


Minggu, 13 Agustus 2017

Sejuknya alam Simarjarunjung, Air Terjun Sipiso-piso, dan Berastagi


Selamat pagi. Alhamdulillah hujan sudah berhenti karena malamnya Parapat terus diguyur hujan. Suhu pagi itu sangat sejuk. Kami sarapan di hotel. Menunya sederhana yakni nasi goreng telur dan teh hangat. Lokasi tempat makan tepat berada di pinggir danau, jadi cukup indah sarapan pagi itu. J
Ruang makan Star Beach Hotel
Makan bersama keluarga
Narsis dulu di pinggir danau
Jam 9 kami check out. Perjalanan dilanjutkan ke arah Berastagi. Kami menyusuri jalanan sepanjang pinggir Danau Toba di ketinggian. Sehingga pemandangan Danau begitu indah kami lihat dari dalam mobil. Banyak sekali warung yang berdiri di sepanjang pinggir jalan yang menawarkan pemandangan yang indah. Kami memilih sebuah warung di daerah Tanjung Unta untuk melihat keindahan Danau Toba dengan segelas kopi. Pemandangan dari sini sungguh indah.
Dinamakan Tanjung Unta karena mirip unta tidur.
Ngopi dulu. Mantap
Budidaya ikan. Katanya milik WN Swiss.
Tujuan kami hari ini yang pertama sebenarnya adalah Bukit Indah Simarjarunjung. Di lokasi ini sedang dikembangkan sebagai destinasi wisata baru yang menawarkan berbagai fasilitas. Salah satunya yang sedang hits yaitu spot foto dari pohon pinus dengan latar belakang Danau Toba yang mempesona. Mirip seperti spot foto yang ada di Kalibiru.
Spot foto kekinian di Bukit Indah Simarjarunjung (BIS)
Family Portrait
Pengunjung semakin ramai, kami pergi meninggalkan lokasi dan melanjutkan perjalanan. Tiba di Kota Saribudolok kami berhenti untuk makan siang, jajan, dan sholat di mesjid setempat.
Kota Saribudolok yang dingin
Jalanan kota Saribudolok yang ramai
Tugu perjuangan
Masjid Raya Saribudolok
Makan sudah dan kewajiban selesai ditunaikan, kami bergerak menuju lokasi Air terjun sipiso-piso yang berada di Kab. Karo. Memasuki wilayah Karo, banyak sekali di kiri dan kanan jalan kebun buah dan sayur yang luas. Masyarakat Karo memang terkenal dengan hasil kebun yang melimpah. Tanahnya yang subur, lokasi wilayah yang sejuk, membuat daerah ini cocok dikembangkan sebagai daerah perkebunan. Saya sangat menikmati pemandangan kebun-kebun yang kadang saya baru tau kalau buah ini pohonnya seperti ini. J

Tiba di Air Terjun Sipiso piso, angin berhembus kencang. Udara semakin dingin. Pengunjung saat itu lumayan ramai. Air terjun tampak begitu indah. Sebenarnya kita bisa melihat air terjun lebih dekat. Namun karena harus menuruni ratusan anak tangga, saya memilih untuk menikmati dari atas saja.

Dari papan informasi, Air Terjun ini terbentuk dari peristiwa letusan supervulkano yang membentuk danau toba dan tebing-tebing di sekitar Air Terjun ini yang terjadi ribuan tahun silam. Dari lokasi ini juga kita bisa melihat Desa Tongging, yaitu sebuah desa yang berada tepat di pinggir Danau Toba.
Air Terjun Sipiso-piso
Kelihatan juga Desa Tongging dari sini
Dinginnya udara disini
Ngambil air buat basuh muka. :-D
Beli gorengan masih anget. Pas buat suhu dingin begini.
Perjalanan kami lanjutkan menuju Berastagi. Melewati Kota Kabanjahe, jalanan sedikit macet karena ada perbaikan jalan. Tiba di Berastagi, kami langsung menuju ke Bukit Gundaling untuk menikmati pemandangan sekitar Berastagi dan Gunung Sinabung. Saat itu sudah pukul 16.00. Cuaca juga agak mendung membuat suhu menjadi sangat dingin. Bernafas sampai keluar asap. Brrrrrrr...
Kota Berastagi
Gunung Sinabungnya ketutup awan
Family Portrait (again)
Suasana Bukit Gundaling
Ada banyak kuda yang bisa disewa
Pemandangan Kota Berastagi dari Gundaling
Dari Bukit Gundaling, kami kembali ke Kota Berastagi untuk mencari penginapan. Saat itu belum ada referensi untuk menginap dimana. Beberapa kali coba browsing sambil keliling kota untuk mencari hotel. Akhirnya pilihan jatuh ke Hotel Sibayak yang lokasinya di jalanan utama Berastagi. Cukup luas dan nyaman.
Tampak Depan Hotel Sibayak yang berasitektur Belanda
Kamar Hotel
Makan malam kami memilih di warung tenda pinggir jalan yang banyak berjejer sepanjang jalan utama. Suasana malam itu sangat ramai, banyak sekali kendaraan di jalan sampai menyebabkan macet yang cukup padat. Warung tenda juga banyak yang penuh, membuat kami harus sedikit berjalanan untuk mencari warung yang kosong.
Makan malam dulu
Setelah makan, kami kembali beristirahat. Suhu semakin dingin hingga 17°C. Pantas saja hotel tidak menyediakan AC. J
Sampai jumpa esok.